Minggu, 16 Agustus 2009

Kewajaran Yang Nyata... Lesbian Info

Fenomena Lesbian TKW Indonesia di Hongkong

KETIKA SRI BERGANTI BENNY DAN SISWATI JADI AZIZ


Mengagetkan, menyedihkan, dan membuat kita mengelus dada. Tapi itulah kenyataan yang ada di depan mata. Rupanya sejak beberapa tahun ini, tak sedikit dati para TKW Indonesia di Hong Kong yang melakoni hidup sebagai lesbian. Mereka pun tak sungkan-sungkan memperlihatkan kemesraan di depan umum. Bahkan sudah ada yang bertunangan dan menikah, meski ada juga yang mengaku cuma mengikui tren "anak tomboi". Apa yang sesungguhnya terjadi?

"Cinta ini, kadang-kadang tak ada logika..." Itulah sepenggal lagu yang dibawakan Agnes Monica dan yang kini jadi "lagu kebangsaan" para lesbian asal Indonesia yang menjadi tenaga kerja di Hong Kong. "Memang, sih, kalau dipikir-pikir, enggak ada logikanya, ya, Mbak? Masak perempuan suka sama perempuan," celoteh seorang TKW samil terkikik geli.

Ia seperti menertawakan dirinya sendiri, karena hanya beberapa kejap yang lalu ia mengaku dirinya penyuka kaum sejenis. Setelah ngobrol sejenak, ia lalu kembali larut dalam gelak tawa di antara dentum musik yang terdengar riuh dari sebuah ruang karaoke mewah. Persisnya di lantai 8 sebuah gedung pencakar langit di Kota Hongkong. Dalam suasana temaram, puluhan TKW yang berbusana laiknya seorang pria itu itu berkumpul mengelilingi meja penuh hidangan dan dekorasi pesta.

Rupanya siang itu ada tiga TKW yang patungan merayakan ulang tahun. Cuma itu saja? Tentu tidak! Dua dara manis berambut panjang di pojok ruang, tampak duduk berdempetan dengan wajah bahagia. "Hari ini mereka tunangan,' kata salah satu tamu pesta. Hahm tunangan? ya, itulah upacara yang bakal dijalani Indah dan Nisa (bukan nama sebenarnya, Red). Sepasang cincin telah disiapkan, restu dari teman dan wali telah dikantongi. Mereka mantap mengikat janji setelah bertahun-tahun memadu kasih di perantauan. Sambil terus tersenyum dan bertukar pandangan mesra, mereka saling menyematkan cincin disusul tepuk riuh menggema. Acara salam-salamanan pun dimulai. Hari itu pula, mereka resmi jadi anggota komunitas lesbi yang mereka istilahkan "anak tomboi".

ANTARA TRAUMA DAN TREN

Pesta yang berlangsung di akhir pekan itu, hari libur para TKW, sejak beberapa tahun belakangan ini memang sudah menjadi pemandangan yang "lumrah". Bahkan tak sedikit di antara pasangan lesbian ini yang sudah naik pelaminan, berikrar menjadi suami-istri. kehadiran mereka pun dengan amat mudah bisa dilihat dengan atribut yang nyaris senada, yaitu rambut pendek, kaus gombrong, celana cargo, aksesoris kulit, ransel, dan piercing.

Di Taman Victoria, salah satu tempat berkumpulnya para TKW indonesia dan juga Filipina, para pasangan lesbi ini bergerombol dan tanpa sungkan mempertontonkan kemesraan mereka. Malah ada yang berciuman segala! Tentu saja sanak sauara di kampung halaman nan jauh di Indonesia, tak tahu-menahu kelakuan mereka. Kalaupun tahu, pasti mereka tak percaya.

Tapi memang begitulah yang terjadi. Fenomena yang membuat kita mengelus dada. Toh, para pelaku cinta sesama jenis ini seperti tak peduli akan pandangan negatif orang lain terhadap mereka. Dengar saja apa kata Chris (34), TKW asal Malang, Jawa Timur, "Habis, kami di sini kesepian. Selain itu, saya juga trauma disakiti pria. Di kampung, saya sudah kawin dan punya satu anak, tapi suami sering menyiksa lahir-batin. Dia suka memukul. Akhirnya saya kabur jadi TKW ke Taiwan lalu setelah dengar suami kawin lagi, saya jadi TKW di Hong Kong."

Chris yang mengaku bernama asli Yeni ini juga bertutur, selain alasan kesepian, trauma pada lelaki, "Ada juga yang sudah bawaannya lesbi. Tapi banyak pula yang cuma ikut-ikutan tren anak tomboi, eh, lama-lama jadi ketularan jadi lesbi betulan."

Bukannya Chris tak pernah mencoba memadu kasih dengan pria sejati. "Sempat, sih, pacaran sama orang Pakistan. Kan, di Hong Kong banyak orang Paki (istilah mereka untuk Pakistan, Red.) yang kerja di Hongkong. Tapi mereka cuma mau morotin. Bahkan ada yang sampai dihamili, dapat penyakit kelamin, lalu ditinggal. Susahnya, di sini laki-laki jarang. Jadi, mereka mudah sekali merayu TKW yang kesepian," lanjutnya.

Patah hati, Chris kerap curhat ke sesama TKW. Hingga suatu hari, ia bertemu seorang TKW sekampung yang merasa senasib. Chris lantas berpikir, daripada berhubungan dengan laki-laki tak benar, tak ada salahnya dengan perempuan. "Awalnya kami sembunyi-sembunyi. Ketemu juga cuma hari libur kayak gini. Dua tahun belakangan saya mengaku pada orangtua. Mereka jelas kaget. Tapi lama-lama mereka bisa terima. Saya berhubungan sesama jenis bukan karena seks. Kami merasa sama-sama disakiti. Kami cuma ingin hidup tenang. Buat masa depan, kami sudah punya rumah dan ladang di kampung."

Kalau Chris menyebut dirinya lesbian sejati, tak demikian dengan David (20) alias Ani, TKW asal Pasuruan (Jatim), yang telah dua tahun bekerja di Hong Kong. Sejak tahun silam, David memangkas habis rambutnya, selalu mengenakan kemeja dan celana gombrong, aksesoris pria, serta menggendong ransel. "Jadi lesbi atau tomboi itu, kan, lagi nge-tren. Makanya saya coba ikut-ikutan. Caranya, ya, berpenampilan kayak laki-laki dan ganti nama. Kalau pulang kampung, ya, rambut dipanjangkan lagi. Lagian di sini, kan, jarang sekali laki-laki. Banyak perempuan yang kesepian. Daripada bergaul dengan laki-laki enggak benar, mending dengan sesama perempuan, kan aman," ucap David yang mengaku sebetulnya tak suka berpacaran dengan sesama jenis.

Lantas bagaimana dengan reaksi majikan? "Mereka enggak masalah dengan penampilan kami asal kerjaan beres dan pulang tidak telat," katanya santai.

Benar kata Ani, eh, David, banyak rekannya yang sengaja mengubah penampilan menjadi mirip pria lalu mengganti nama agar terdengar lebih macho. Jadilah Tika berubah sebagai Chandra, Sri jadi Benny, Mita jadi Michael, Siswati jadi Aziz, dan sebagainya. "Yang penting, ikut tren," kata mereka enteng.

BUNUH DIRI DITINGGAL PASANGAN

Tak hanya sebatas pertunangan ala Indah dan Nisa, bahkan di kawasan Tai Po, pinggiran Hong Kong, para anak tomboi ini tak ragu-ragu menikah. "Ah, itu, sih, sudah sejak tahun 2005. Sudah banyak, kok, yang kawin. Ada penghulunya, Mbak," cerita salah satu dari mereka.

Padahal, banyak pelaku yang sudah memiliki suami, bahkan anak dan cucu, di kampung halaman. Jika tiba waktunya mudik, "Ya, pura-pura jadi perempuan biasa lagi. Pakai wig panjang dan bawa rok. Ya, macam-macam, deh," celetuk TKW tomboi bernama Dio (24) sambil asyik memetik gitar di salah satu sudut Taman Victoria.

Tak jarang kisah para penyuka sesama jenis ini ada yang berakhir tragis, sampai-sampai merenggut korban jiwa. Ceritanya, beberapa waktu lalu seorang TKW tewas setelah nekat terjun bebas dari flat majikannya. "Dia patah hati ditinggal pasangan lesbinya," cerita Dio. Bahkan, belum lama ini, Minggu (22/4), kejadian itu terulang kembali. Rara (22), TKW asal Kendal (Jateng) loncat dari jalan layang di pojok Taman Victoria gara-gara mendengar pasangan lesbinya selingkuh dengan orang Paki. "Kasihan Rara., selain ditinggal pacar, dia juga berantem sama majikannya."

Entah bagaimana perasaan orang tua Rara jika tahu penyebab sesungguhnya dari kematian putri mereka. Pastinya mereka berharap, seperti juga Rara dan mayoritas TKW di Hong Kong lainnya, bisa pulang ke tanah air dengan membawa banyak uang. Penghasilan sebagai TKW di sana memang lumayan besar untuk ukuran Indonesia, sekitar Rp 4 juta per bulan. Mungkin karena pegang uang banyak pula, mereka kadang "lupa diri". Bayangkan saja, untuk pesta di tempat karaoke seperti yang dilakukan Indah dan Nisa, mereka harus mengeluarkan uang setara Rp 3,5 juta. Tapi itulah pilihan mereka.

Ketika malam menjelang, rombongan TKW Indonesia mulai bersiap-siap pulang ke rumah majikan masing-masing. Esok hari mereka sudah harus kembali bekerja mulai dari beres-beres rumah majikan, memasak, hingga menjaga anak, kemudian idur di kamar sempit. Para pasangan "anak tomboi" pun semakin merapatkan gandengan seakan tak ingin berpisah. "Sampai minggu depan, ya, Sayang!" bisik si anak tomboi di telinga pasangannya. Di belakang mereka, serombongan anak tomboi lainnya bernyanyi dengan suara keras, "Cinta ini, kadang-kadang tak ada logika.."



Lesbian info : Created By Lesscom Team

Mayangsari Lesbian ??

Mayangsari Lesbi??? Ini Pengakuan Mantan Pasangan Lesbi Mayangsari

Waduh sial banget mayangsari, terus menerus dibombardir dengan isu miring. tapi kali ini bener2 bikin geger, seorang wanita yang mengaku mantan pasangan lesbinya buka suara. Na lo..apa lagi ini. baca dech beritanya:

Pengakuan Mantan Pasangan Lesbi Mayangsari

Menyusul predikat Mayangsari sebagai perebut suami orang, tiba-tiba seorang wanita muncul dan mengaku sebagai mantan kekasih sang pelantun lagu Harus Malam Ini.

Andi Kurniasih adalah nama si wanita yang berperawakan sedikit macho dan berambut cepak ini menuturkan secara blak-blakan kepada Tabloid Nova mengenai hubungannya dengan Mayangsari.

Andi mengaku mengenal Mayang di saat penyanyi kelahiran Purwokerto itu sedang merintis karier di Ibukota. Andi pun mengaku kenal dengan musisi Bartje Van Houten yang pertamakali memboyong Mayang ke Jakarta.

"Dengan istrinya Bartje, Titiek, saya juga kenal. Karena saya lah yang membiayai Mayang keluar masuk studio selama proses produksi album Gairah." Itu album pertama Mayang diluncurkan ke pasar tahun 1990 lalu. Waktu itu Mayang masih 19 tahun.

Ya, karena karena faktor keuangan Mayang bisa dekat dengan Andi. "Di cover kaset itu Mayang mengenakan jaket kulit warna hitam. Saya ingat benar, karena jaket kulit hitam itu pun saya yang memilihnya," lanjut Andi yang mengaku turut membiayai album kedua Mayang.

Kala itu Andi mengatakan hidupnya sedang jaya-jayanya. Ia punya bisnis lanscap (dekor taman) yang didukung oleh ayah dan ibunya yang juga pengusaha. Untuk mengongkosi albumnya Mayang, Andi mengaku sampai menjual koleksi berliannya. Andi mengaku melakukan semua itu karena cintanya terhadap Mayang.

Namanya juga cinta. Saya berkorban buat orang yang saya sangat sayangi. Saya sih, ikhlas-ikhlas saja. Sampai saat ini saya sudah mengiklaskan itu semua, berapa banyak berlian yang sudah terjual saya juga tidak pernah menghitungnya juga. Yang penting Mayang sekarang sudah menjadi penyanyi terkenal. Impiannya sudah terwujud. Hidup ‘lebih' dari berkecukupan, saya ikut senang," ujar Andi.

Hanya yang membuat Andi sedih, mengapa kebahagiaan Mayang itu dengan mengorbankan orang lain, seperti Halimah, istri pertama Bambang Trihatmodjo, dan anak-anaknya. "Mengapa kebiasaan dia bersenang-senang di atas penderitaan orang masih terus saja dilakukan. Seharusnya Mayang bisa kok, menjadi penyanyi sungguh-sungguh. Karena dia punya bakat dan kemampuan membuat lirik lagu dengan baik."


Masa lalu Mayangsari diungkap gamblang. Kata sang pacar, Andi, kala itu cinta mereka tumbuh subur. Mayang juga mencintai dirinya. "Seiring berjalannya waktu, hubungan kami yang semula sebagai teman menjadi lebih karena Mayang paham benar saya sangat sayang dan mencintainya. Sebaliknya Mayang pun demikian," papar Andi.

Hanya saja, ketika Mayang berpaling ke Dewa Budjana, Andi ditinggalkan begitu saja. Kenyataan itu sempat membuat Andi frustasi. "Bagaimana tidak, sekitar dua tahun kami menjalani hidup bersama di rumah saya. Meskipun keluargaku tak menyetujui, tapi itu sudah jadi pilihan saya. Mereka tidak bisa berkomentar apa-apa," ungkap Andi lagi.
Hubungannya dengan Mayang pun diketahui ibunda Mayang, Larasatun. Sebab, ketika ke Jakarta, Larasatun kerap datang ke rumah Andi dibilangan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Awal mula Mayang tinggal bersamanya, cerita Andi, ketika Mayang bertengkar dengan teman kosnya. "Lalu dia angkut semua barang-barangnya dan menetaplah di rumah saya," kata Andi. Mayang mulai menjauh darinya setelah ketahuan sering berhubungan dengan Bujana. Hingga sekarang pun Andi sulit berkomunikasi dengan Mayang.

"Saya pernah menghubungi saat Mayang masih menetap di Bintaro. Tapi dia tidak mau menerima dengan alasan lagi di kamar mandi atau sudah pergilah. Tidak apa-apa, itu hak Mayang. Tidak masalah. Hanya, kalau saya boleh berpesan, anak Mayang kan, perempuan, janganlah menyakiti kaum perempuan juga. Kasihan anak itu bila terkena karma ibunya," tutup Andi yang cukup lama membunuh rasa cintanya terhadap Mayang.
Bagaimana tanggapan Mayang terhadap pengakuan Andi ini? Lewat SMS-nya Mayang tak mau meladeni. Apa sih yang kalian cari dari HIDUP saya? Astaqfirullah hallazim....ALLAH MAHA TAHU & MAHA ADIL, begitu isi SMS Mayang. Lewat SMS lagi Mayang mengatakan, Abis gelap terbitlah terang...




Issue : Creted By Lesscom Team Creatif

Kamis, 23 Juli 2009

The Virgin pelantun tembang Cinta Terlarang yang sedang naik daun ternyata mereka merupakan pasangan lesbian. Gosip tak sedap ini sedang melanda Duo Mita dan Dhara yang di di gosipi sebagai pasangan lesbian.

Tak hanya soal menyukai sesama jenis saja The Virgin juga menjadi bulan-bulanan berita miring. Sebagian publik menilai isu suka sesama jenis itu dianggap sebagai sensasi untuk menaikan pamor The Virgin dalam industri musik Indonesia. “Orang bilang itu sensasi, terserah,” seloroh penyanyi Cinta Terlarang itu. “Yang jelas aku masih suka cowok,” akunya.

Tembang Cinta Terlarang menggambarkan keadaan mereka seolah-olah mereka memang penyuka sesama jenis dan lagu tersebut sepertinya membenarkan isu kalau the virgin lesbian. Namun Mitha dan Dhara membantah hal tersebut mereka hanya berharap agar publik mau menghargai mereka dari musikalitas, bukan dari luar itu. “Coba hargai kita dari karya kita saja. Apapun yang diomongin orang kita enggak peduli,” tandas Mitha. “Apapun risikonya kita siap,” tekannya.


(issue : Created By Nish)

Selasa, 21 Juli 2009

Kesetaraan Gender

Biasanya gender diartikan sebagai kelamin perempuan, tetapi sebenarnya jenis kelamin itu adalah apa yang disebut dengan sex. Sex adalah jenis kelamin secara biologis, hal inilah yang menjadi perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, sehingga kalau kita definisikan sex itu adalah perbedaan organ biologis laki-laki dan perempuan, jadi sex itu ciptaan Tuhan, sifatnya given tidak dapat ditukar dan dirubah, di Jawa Barat, di Jawa Timur, di seluruh dunia semua sama. Bentuk biologis perempuan adalah seperti itu, begitu juga dengan laki-laki, jadi ini sifatnya universal.

Selanjutnya gender, artinya jenis kelamin, tetapi gender lebih diartikan sebagai jenis kelamin sosial. Kalau sex adalah jenis kelamin biologis, tetapi kalau gender adalah jenis kelamin sosial, maksudnya adalah dalam gender ada perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial.

Dalam fungsi sosial, masyarakatlah yang menciptakan perbedaan peran dan tanggung jawab, itu terjadi pada kebudayaan dan adat istiadat dari beberapa suku ada perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan, jadi ini dibuat oleh manusia, tidak bersifat kodrati, artinya adalah bahwa didalam gender bisa terjadi yang namanya bertukar peran dan tanggung jawab. Misalnya istri mengasuh anak, memasak di dapur kemudian mengurus rumah tangga, sedangkan suami mencari nafkah di luar, ini bisa berubah kalau ada dinamika sosial yang ada, ini artinya kita bedakan gender itu adalah jenis kelamin sosial, bahwa peran dan tanggung jawab itu ada jenis kelaminnya.

Semua ini adalah titik utama kalau kita nanti akan berbicara mengenai analisis gender, sehingga harus tahu perbedaannya. Antara sex dan gender, seperti sisi mata uang, kita berbicara biologis dan secara tidak langsung kita juga berbicara antara fungsi, peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan.

Perbedaan-perbedaan dari peran dan fungsi ini menimbulkan ada ketidak adilan gender, karena kalau kita melihat perempuan dan laki-laki sebagai warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama, tetapi dengan adanya pembagian peran gender ini menyebabkan diskriminasi gender.

Adapun beberapa bentuk ketidak adilan disini adalah yang pertama apa yang disebut pelabelan, contohnya dilabelkan sebagai ibu rumah tangga saja, sehingga dijadikan bukan sebagai pencari nafkah utama, meskipun dia sebagai kepala keluarga mendapatkan gaji yang tidak sama, semua itu dampak ketidakadilan gender, menganggap bahwa pencari nafkah utama adalah para bapak-bapak, sedangkan pada kenyataannya sekarang ini di Indonesia kepala keluarga perempuan sudah mencapai 60 juta jiwa, apakah itu disebabkan karena kawin-cerai atau karena suaminya pergi menjadi TKI atau memang karena ditinggal mati suami, inilah realita yang ada tetapi karena adanya pembagian peran tadi bahwa perempuan bukan pencari nafkah utama akhirnya muncul ketidakadilan.

Kedua, karena perempuan dianggap bukan sebagai pencari nafkah utama tetapi diangap hanya sebagai pencari nafkah tambahan, maka banyak perempuan yang tidak bisa mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja.

Kemudian, yang ketiga, karena perempuan berfungsi hanya sebagai pekerja reproduksi, maka derajatnya dianggap lebih rendah, contohnya yang bertugas memasak di rumah adalah perempuan, tetapi semua yang mengatur justru laki-laki. Hal ini karena ada perbedaan peran tadi, dikatakan bahwa kalau yang produktif laki-laki maka nilai atau derajatnya lebih tinggi, karena menghasilkan jatah dan upah. Semua itu merupakan dampak dari ketidakadilan dengan adanya isu gender tadi, sehingga kita berupaya mendorong perlunya perhatian terhadap kesetaraan gender ini, supaya antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama, memiliki akses yang sama, partisipasi yang sama serta manfaat yang sama dalam pembangunan.

Bentuk ketidakadilan yang terjadi juga ketika perempuan di masyarakat memiliki tanggung jawab utama yaitu reproduksi, diantaranya mengasuh anak, mengurus suami, kemudian mengelola rumah tangga, kalau ada orang tua juga mengurus orang tua. Ketika perempuan juga bekerja di lingkup publik, dia juga masih dituntut untuk tetap bertanggung jawab pada keluarganya, sehingga yang ada adalah terjadi kegamangan terhadap perempuan yang bekerja di lingkup publik dengan tetap masih menjalankan fungsinya tadi di lingkup rumah tangganya.

Kemudian adalah subordinasi, di masyarakat masih ada yang melihat nilai anak perempuan itu lebih rendah daripada anak laki-laki, contoh kalau mempunyai anggaran untuk biaya pendidikan, pada umumnya anak laki-laki akan lebih diprioritaskan, padahal kalau diperhatikan belum tentu anak perempuan tidak mampu. Contoh selanjutnya, di masyarakat tertentu ketika makan, bapak mendapatkan ayam, anak laki-lakinya mendapatkan daging sedangkan ibunya hanya mendapat sisa-sisa, ini semua adalah bentuk-bentuk subordinasi.

Kemudian kekerasan juga merupakan bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh yang kuat terhadap yang lemah, dalam hal ini biasanya dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan atau suami terhadap istrinya, tetapi ada juga laki-laki yang terkena tindak kekerasan, namun dari data yang ada jumlah korban terbanyak dari tindak kekerasan adalah kaum perempuan.

Kemudian yang terakhir adalah adanya marjinalisasi, contohnya dengan adanya gender tadi pada pekerjaan-pekerjaan tertentu ada yang khusus perempuan, ada yang khusus laki-laki, sehingga tidak memberi kesempatan baik bagi laki-laki maupun perempuan masuk pada pekerjaan tertentu. Hal ini akhirnya menimbulkan ketidakadilan, misalnya sekretaris biasanya bagian perempuan, seperti juga pembantu rumah tangga di dominasi perempuan. Sebaliknya, kalau perempuan ingin menjadi pilot biasanya tempat tersebut diprioritaskan untuk laki-laki. Contoh lainnya dalam bidang pertanian, sebelum masuknya teknologi pertanian perempuan biasanya bertugas memotong rumput, namun ketika masuk teknologi pertanian yang tidak responsif gender, maka perempuan yang tidak bisa menggunakan teknologi tersebut menjadi terpinggirkan atau dengan kata lain, inilah bentuk marjinalisasi/ketidakadilan.

Bentuk-bentuk ketidakadilan ini, akhirnya berdampak pada perempuan dengan terjadinya kesenjangan gender, baik di lingkup keluarga maupun di lingkup masyarakat. Berbicara tentang kesetaraan gender artinya adalah bukan fifty-fifty (50:50) akan tetapi adalah pemberian akses yang sama bagi kaum perempuan untuk sama-sama mengakses sumber daya yang ada, atau memberikan partisipasi yang sama untuk berkiprah di dalam pembangunan serta memberikan kesempatan yang sama dalam hal pengambilan keputusan, karena pengambilan keputusan bukan hanya milik dari kaum laki-laki saja. Dengan kata lain kesetaraan gender adalah memberikan kesempatan yang sama baik laki-laki maupun perempuan untuk sama-sama menikmati hasil pembangunan.

Ketidakadilan gender akan dapat menimbulkan permasalahan gender dan menimbulkan kesenjangan gender, inilah yang ingin dibenahi secara perlahan-lahan dan dihapuskan tentunya melalui beberapa peraturan. Ketika berbicara peran, tanggung jawab dan fungsi maka semua orang bisa melakukannya baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Dalam bidang politik juga harus ada keberpihakan, kenapa misalnya harus ada quota 30%, kita kan posisinya sama, sebagai manusia juga mempunyai peranan yang sama dan kita semua harus terlibat dalam pembangunan. Sehingga harus dipikirkan bagaimana akan berkompetisi kalau bebannya berat, jadi harus ada share (pembagian). Di lingkup masyarakat kita peran reproduktif dari kaum laki-laki juga tidak jelas, seperti halnya di Minangkabau laki-laki pantang untuk masuk dapur, sehingga peran reproduktifnya 100% dikerjakan oleh perempuan, padahal gender itu adalah peran yang bisa dipertukarkan, seperti misalnya ketika istri sakit atau bebannya terlalu berat, maka sebagai suami harus turut membantu untuk meringankan pekerjaan istri.

Seorang ibu memang memiliki tugas melahirkan dan menyusui karena itu adalah kodrati dari seorang perempuan, akan tetapi dalam masalah parenting atau mendidik anak adalah tugas dari kedua orang tuanya, dalam hal ini suami dan istri, namun seringkali ketika anak nakal yang disalahkan adalah ibunya saja, sedangkan bapak tidak. Akibatnya kaum laki-laki tidak pernah mengalami diskriminasi seperti kaum perempuan. Untuk itulah harus dimengerti, dipahami dan diimplementasikan adanya sensitif gender dalam keluarga.

Jika berbicara pekerjaan, ada pekerjaan produktif/dibayar. Seorang laki-laki nilainya dianggap lebih tinggi daripada perempuan karena perempuan bukan penghasil utama, sehingga nilainya lebih rendah. Sedangkan pekerjaan reproduksi kalau dilihat prosentasenya 85% adalah perempuan dan sedangkan laki-laki hanya rata-rata hanya 15%. Pada pekerjaan-pekerjaan sosial, biasanya laki-laki yang menjadi pemimpin, sedangkan perempuan biasanya sibuk untuk pekerjaan konsumsi.

Maka emansipasi dan kesetaraan adalah hal yang wajib diwujudkan, akan tetapi jangan sampai kebablasan hanya karena mengatasnamakan kesetaraan justru mengabaikan kodrat yang sudah ditetapkan dengan sibuk berkarir dan mengabaikan kasih sayang keluarga. Tentunya hal itu juga tidak dibenarkan



( Created By Nish )