Kamis, 23 Juli 2009

The Virgin pelantun tembang Cinta Terlarang yang sedang naik daun ternyata mereka merupakan pasangan lesbian. Gosip tak sedap ini sedang melanda Duo Mita dan Dhara yang di di gosipi sebagai pasangan lesbian.

Tak hanya soal menyukai sesama jenis saja The Virgin juga menjadi bulan-bulanan berita miring. Sebagian publik menilai isu suka sesama jenis itu dianggap sebagai sensasi untuk menaikan pamor The Virgin dalam industri musik Indonesia. “Orang bilang itu sensasi, terserah,” seloroh penyanyi Cinta Terlarang itu. “Yang jelas aku masih suka cowok,” akunya.

Tembang Cinta Terlarang menggambarkan keadaan mereka seolah-olah mereka memang penyuka sesama jenis dan lagu tersebut sepertinya membenarkan isu kalau the virgin lesbian. Namun Mitha dan Dhara membantah hal tersebut mereka hanya berharap agar publik mau menghargai mereka dari musikalitas, bukan dari luar itu. “Coba hargai kita dari karya kita saja. Apapun yang diomongin orang kita enggak peduli,” tandas Mitha. “Apapun risikonya kita siap,” tekannya.


(issue : Created By Nish)

Selasa, 21 Juli 2009

Kesetaraan Gender

Biasanya gender diartikan sebagai kelamin perempuan, tetapi sebenarnya jenis kelamin itu adalah apa yang disebut dengan sex. Sex adalah jenis kelamin secara biologis, hal inilah yang menjadi perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, sehingga kalau kita definisikan sex itu adalah perbedaan organ biologis laki-laki dan perempuan, jadi sex itu ciptaan Tuhan, sifatnya given tidak dapat ditukar dan dirubah, di Jawa Barat, di Jawa Timur, di seluruh dunia semua sama. Bentuk biologis perempuan adalah seperti itu, begitu juga dengan laki-laki, jadi ini sifatnya universal.

Selanjutnya gender, artinya jenis kelamin, tetapi gender lebih diartikan sebagai jenis kelamin sosial. Kalau sex adalah jenis kelamin biologis, tetapi kalau gender adalah jenis kelamin sosial, maksudnya adalah dalam gender ada perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial.

Dalam fungsi sosial, masyarakatlah yang menciptakan perbedaan peran dan tanggung jawab, itu terjadi pada kebudayaan dan adat istiadat dari beberapa suku ada perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan, jadi ini dibuat oleh manusia, tidak bersifat kodrati, artinya adalah bahwa didalam gender bisa terjadi yang namanya bertukar peran dan tanggung jawab. Misalnya istri mengasuh anak, memasak di dapur kemudian mengurus rumah tangga, sedangkan suami mencari nafkah di luar, ini bisa berubah kalau ada dinamika sosial yang ada, ini artinya kita bedakan gender itu adalah jenis kelamin sosial, bahwa peran dan tanggung jawab itu ada jenis kelaminnya.

Semua ini adalah titik utama kalau kita nanti akan berbicara mengenai analisis gender, sehingga harus tahu perbedaannya. Antara sex dan gender, seperti sisi mata uang, kita berbicara biologis dan secara tidak langsung kita juga berbicara antara fungsi, peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan.

Perbedaan-perbedaan dari peran dan fungsi ini menimbulkan ada ketidak adilan gender, karena kalau kita melihat perempuan dan laki-laki sebagai warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama, tetapi dengan adanya pembagian peran gender ini menyebabkan diskriminasi gender.

Adapun beberapa bentuk ketidak adilan disini adalah yang pertama apa yang disebut pelabelan, contohnya dilabelkan sebagai ibu rumah tangga saja, sehingga dijadikan bukan sebagai pencari nafkah utama, meskipun dia sebagai kepala keluarga mendapatkan gaji yang tidak sama, semua itu dampak ketidakadilan gender, menganggap bahwa pencari nafkah utama adalah para bapak-bapak, sedangkan pada kenyataannya sekarang ini di Indonesia kepala keluarga perempuan sudah mencapai 60 juta jiwa, apakah itu disebabkan karena kawin-cerai atau karena suaminya pergi menjadi TKI atau memang karena ditinggal mati suami, inilah realita yang ada tetapi karena adanya pembagian peran tadi bahwa perempuan bukan pencari nafkah utama akhirnya muncul ketidakadilan.

Kedua, karena perempuan dianggap bukan sebagai pencari nafkah utama tetapi diangap hanya sebagai pencari nafkah tambahan, maka banyak perempuan yang tidak bisa mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja.

Kemudian, yang ketiga, karena perempuan berfungsi hanya sebagai pekerja reproduksi, maka derajatnya dianggap lebih rendah, contohnya yang bertugas memasak di rumah adalah perempuan, tetapi semua yang mengatur justru laki-laki. Hal ini karena ada perbedaan peran tadi, dikatakan bahwa kalau yang produktif laki-laki maka nilai atau derajatnya lebih tinggi, karena menghasilkan jatah dan upah. Semua itu merupakan dampak dari ketidakadilan dengan adanya isu gender tadi, sehingga kita berupaya mendorong perlunya perhatian terhadap kesetaraan gender ini, supaya antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama, memiliki akses yang sama, partisipasi yang sama serta manfaat yang sama dalam pembangunan.

Bentuk ketidakadilan yang terjadi juga ketika perempuan di masyarakat memiliki tanggung jawab utama yaitu reproduksi, diantaranya mengasuh anak, mengurus suami, kemudian mengelola rumah tangga, kalau ada orang tua juga mengurus orang tua. Ketika perempuan juga bekerja di lingkup publik, dia juga masih dituntut untuk tetap bertanggung jawab pada keluarganya, sehingga yang ada adalah terjadi kegamangan terhadap perempuan yang bekerja di lingkup publik dengan tetap masih menjalankan fungsinya tadi di lingkup rumah tangganya.

Kemudian adalah subordinasi, di masyarakat masih ada yang melihat nilai anak perempuan itu lebih rendah daripada anak laki-laki, contoh kalau mempunyai anggaran untuk biaya pendidikan, pada umumnya anak laki-laki akan lebih diprioritaskan, padahal kalau diperhatikan belum tentu anak perempuan tidak mampu. Contoh selanjutnya, di masyarakat tertentu ketika makan, bapak mendapatkan ayam, anak laki-lakinya mendapatkan daging sedangkan ibunya hanya mendapat sisa-sisa, ini semua adalah bentuk-bentuk subordinasi.

Kemudian kekerasan juga merupakan bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh yang kuat terhadap yang lemah, dalam hal ini biasanya dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan atau suami terhadap istrinya, tetapi ada juga laki-laki yang terkena tindak kekerasan, namun dari data yang ada jumlah korban terbanyak dari tindak kekerasan adalah kaum perempuan.

Kemudian yang terakhir adalah adanya marjinalisasi, contohnya dengan adanya gender tadi pada pekerjaan-pekerjaan tertentu ada yang khusus perempuan, ada yang khusus laki-laki, sehingga tidak memberi kesempatan baik bagi laki-laki maupun perempuan masuk pada pekerjaan tertentu. Hal ini akhirnya menimbulkan ketidakadilan, misalnya sekretaris biasanya bagian perempuan, seperti juga pembantu rumah tangga di dominasi perempuan. Sebaliknya, kalau perempuan ingin menjadi pilot biasanya tempat tersebut diprioritaskan untuk laki-laki. Contoh lainnya dalam bidang pertanian, sebelum masuknya teknologi pertanian perempuan biasanya bertugas memotong rumput, namun ketika masuk teknologi pertanian yang tidak responsif gender, maka perempuan yang tidak bisa menggunakan teknologi tersebut menjadi terpinggirkan atau dengan kata lain, inilah bentuk marjinalisasi/ketidakadilan.

Bentuk-bentuk ketidakadilan ini, akhirnya berdampak pada perempuan dengan terjadinya kesenjangan gender, baik di lingkup keluarga maupun di lingkup masyarakat. Berbicara tentang kesetaraan gender artinya adalah bukan fifty-fifty (50:50) akan tetapi adalah pemberian akses yang sama bagi kaum perempuan untuk sama-sama mengakses sumber daya yang ada, atau memberikan partisipasi yang sama untuk berkiprah di dalam pembangunan serta memberikan kesempatan yang sama dalam hal pengambilan keputusan, karena pengambilan keputusan bukan hanya milik dari kaum laki-laki saja. Dengan kata lain kesetaraan gender adalah memberikan kesempatan yang sama baik laki-laki maupun perempuan untuk sama-sama menikmati hasil pembangunan.

Ketidakadilan gender akan dapat menimbulkan permasalahan gender dan menimbulkan kesenjangan gender, inilah yang ingin dibenahi secara perlahan-lahan dan dihapuskan tentunya melalui beberapa peraturan. Ketika berbicara peran, tanggung jawab dan fungsi maka semua orang bisa melakukannya baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Dalam bidang politik juga harus ada keberpihakan, kenapa misalnya harus ada quota 30%, kita kan posisinya sama, sebagai manusia juga mempunyai peranan yang sama dan kita semua harus terlibat dalam pembangunan. Sehingga harus dipikirkan bagaimana akan berkompetisi kalau bebannya berat, jadi harus ada share (pembagian). Di lingkup masyarakat kita peran reproduktif dari kaum laki-laki juga tidak jelas, seperti halnya di Minangkabau laki-laki pantang untuk masuk dapur, sehingga peran reproduktifnya 100% dikerjakan oleh perempuan, padahal gender itu adalah peran yang bisa dipertukarkan, seperti misalnya ketika istri sakit atau bebannya terlalu berat, maka sebagai suami harus turut membantu untuk meringankan pekerjaan istri.

Seorang ibu memang memiliki tugas melahirkan dan menyusui karena itu adalah kodrati dari seorang perempuan, akan tetapi dalam masalah parenting atau mendidik anak adalah tugas dari kedua orang tuanya, dalam hal ini suami dan istri, namun seringkali ketika anak nakal yang disalahkan adalah ibunya saja, sedangkan bapak tidak. Akibatnya kaum laki-laki tidak pernah mengalami diskriminasi seperti kaum perempuan. Untuk itulah harus dimengerti, dipahami dan diimplementasikan adanya sensitif gender dalam keluarga.

Jika berbicara pekerjaan, ada pekerjaan produktif/dibayar. Seorang laki-laki nilainya dianggap lebih tinggi daripada perempuan karena perempuan bukan penghasil utama, sehingga nilainya lebih rendah. Sedangkan pekerjaan reproduksi kalau dilihat prosentasenya 85% adalah perempuan dan sedangkan laki-laki hanya rata-rata hanya 15%. Pada pekerjaan-pekerjaan sosial, biasanya laki-laki yang menjadi pemimpin, sedangkan perempuan biasanya sibuk untuk pekerjaan konsumsi.

Maka emansipasi dan kesetaraan adalah hal yang wajib diwujudkan, akan tetapi jangan sampai kebablasan hanya karena mengatasnamakan kesetaraan justru mengabaikan kodrat yang sudah ditetapkan dengan sibuk berkarir dan mengabaikan kasih sayang keluarga. Tentunya hal itu juga tidak dibenarkan



( Created By Nish )